mengucapkan

mengucapkan

Tentang Mutu Isi Antologi Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Jilid II oleh Wardjito Soeharso

AKU, PUISI, DAN SELEKSI
Oleh: Wardjito Soeharso
Puisi adalah sekumpulan kata-kata indah yang bermakna. Jadi aspek utama dari puisi adalah kata-kata yang disusun sedemikian sehingga menjadi indah, memiliki estetika, baik dari format, pilihan kata, maupun tipografinya. Setelah aspek indah atau estetika, barulah menyusul makna. Kata-kata yang disusun indah itu akan semakin kuat apabila mengandung makna yang kuat pula. Dari dua aspek inilah aku melihat puisi. Puisi yang baik adalah bila memenuhi dua aspek itu: kata-katanya indah dan maknanya bernas.
Dalam ilmu komunikasi, pesan atau message berisi ide atau gagasan dan emosi atau perasaan. Manusia berkomunikasi pada dasarnya adalah dalam rangka menyampaikan ide, gagasan dan atau emosi, perasaan, kepada orang lain.  Fungsi emosi dalam komunikasi adalah untuk membungkus ide, gagasan, agar menjadi lebih indah, lebih menarik, sehingga lebih mudah dan lebih cepat ditangkap dan dipahami oleh orang lain.
Dalam konteks ini, puisi dapat disebut sebagai pesan. Pesan yang ingin disampaikan oleh si penyair kepada para pembacanya. Sebagai pesan, sudah barang tentu, isinya adalah juga ide, gagasan, dan atau emosi, perasaan penyairnya. Bila dihuhungkan dengan pemahaman puisi adalah sekumpulan kata-kata indah yang bermakna itu, berarti indah itu adalah emosi atau perasaan, sedang bermakna itu adalah ide atau gagasan. Simpul dari pengertian ini, puisi menjadi indah karena kata-kata yang dipakai melalui proses seleksi yang ketat untuk memunculkan suasana emosional penyairnya. Kata-kata yang dipilih ketat inilah yang disebut dengan diksi. Puisi yang kuat terbangun dari diksi yang berisi. Begitulah kira-kira.
Ide atau gagasan sering menjadi nomor dua dalam puisi. Banyak penyair lebih mementingkan emosi untukmembangun suasana batin dalam puisinya. Bahkan, begitu intensnya si penyair membangun suasana batin itu dengan diksi sesuai selera puitiknya, menjadikan puisinya sulit dipahami oleh orang lain. Pembaca atau penikmat hanya mampu menangkap emosi atau suasana yang dibangun si penyair, tapi sulit menangkap atau memahami ide, gagasan yang tersembunyi dalam puisi. Puisi-puisi yang sulit dipahami makna isinya karena terbungkus oleh diksi, sering disebut sebagai kekaburan atau obskuritas. Obskuritas menjadi bagian dari estetika, yang memperindah puisi. Untuk menilai puisi mana yang lebih baik, yang tingkat obskuritasnya tipis (mudah dipahami) atau tebal (sulit dipahami), tentu menjadi sangat subyektif.
Yang jelas, ketika puisi itu sudah terlepas dari penyairnya, dia menjadi entitas independen. Dia sudah menjadi dirinya, yang siap dikupas, dilahap, dinikmati oleh siapa saja yang ingin mengupas, melahap, menikmatinya. Jadi, boleh saja, sah-sah saja, bila puisi yang sama ditangkap dan dipahami secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda. Aku, kamu, dia, kalian, mereka, bisa mempunyai pandangan yang berbeda atas suatu puisi.
Dengan pemahaman itu, mestinya untuk menilai puisi itu adalah satu hal yang sangat muskil. Bagaimana mau menemukan penilaian bila yang ditangkap dan dipahami oleh setiap orang bisa berbeda? Puisi yang menurut si Fulan bagus, belum tentu bagus menurut si Ali.
***
Begitulah. Ketika aku diminta menyeleksi puisi dan memilih 20 terbaik, aku sadar subyektifitasku yang pasti bermain dalam proses seleksi itu.
Aku sudah melakukan tugasku. Aku sudah mencoba melakukannya dengan baik, paling tidak menurut aku. Puisi-puisi yang kupilih adalah puisi-puisi yang menurut selera estetikku indah dan menurut kapasitas etikaku bermakna. Anda semua boleh tidak setuju dengan pendapatku. Anda semua boleh tidak sama dengan seleraku.
Bahkan, dari sekian puluh penyair yang mengirimkan puisi, ada beberapa yang puisinya tidak ikut terpilih masuk Antologi. Aku menilai, puisi-puisi mereka belum memenuhi syarat keindahan dan kebernasan makna. Diksi mereka masih lemah, ide mereka belum kuat. Untuk itu, aku minta maaf.
Sesungguhnya tidak ada puisi yang bagus, tidak ada puisi yang jelek. Bagus dan jelek hanyalah nilai yang sangat subyektif, sangat kontekstual, bahkan sangat labil. Jadi, bagi para penyair yang puisinya tidak masuk Antologi ini karena seleraku, tidak usah berkecil hati, kecewa, apalagi sakit hati. Percayalah, pasti masih banyak orang yang suka menikmati dan memuji puisi anda sebagai puisi yang indah.

Wardjito Soeharso
(Semarang)

Terima kasih kepada segenap pengisi lumbung

Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II 
Akan selesai cetak 5 September 2014
Terima kasih kepada segenap pengisi lumbung
Anak-anak sanggar Meronte Jaring
Sastrawan Pendukung
Tim Seleksi
dan Editor naskah.









Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II

Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II
Pengumuman
Dengan mengetengahkan pertimbangan -perimbangan:
1. Batas Deadline
2. Ketentuan Lumbung Puisi
3. Lumbung Puisi bukan merupakan lomba maka :
Tambahan pengiriman puisi yang masuk sebelum batas deadlin telah diseleksi kembali sehingga memperoleh keputusan akhir sebagai berikut :
Puisi Masuk dalam Antologi sbb:
001. Abdul Wahid (Karanganyar)
002.Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)
003.Alra Ramadhan (Kulonprogo)
004.Alya Salaisha-Sinta (Cikarang Kab. Bekasi))
005. Aloeth Pathi (Pati)
006. Anita Riyani (Tanah Bumbu, Kalsel)
007.Andrian Eksa (Boyolali)
008 .Anung Ageng Prihantoko (Cilacap)
009. Aulia Nur Inayah (Tegal)
010 . Bambang Widiatmoko (Jakarta)
011. Badruz Zaman (Sumenep)
012.Budhi Setyawan (Bekasi)
O13.Devi yulianti wafiah(Paseh)
014.Dewa Putu Sahadewa (Kupang)
015. Dhito Nur Ahmad( Makasar)
016.Dhinar Nadi Dewii (Sukoharjo)
017. Diah Natalia (Jakarta)
018.Diah Budiana (Serang)
019.Dian Rusdiana (Bekasi)
020.Dianie Apnialis M (Bandung)
021.Djemi Tomuka (Manado)
O22.Devi yulianti wafiah(Paseh)
023.Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan (Maros)
024.Elvis Regen (Palembang)
025. Ekohm Abiyasa (Karanganyar)
026. Esti Ismawati (Klaten)
027. En Kurliadi Nf (Sumenep)
028.Fatmawati Liliasari (Takalar)
029.Fasha Imani Febriyanti (Bandung)
030.Fitrah Anugerah (Bekasi)
031.Fitrah Rahim. (Maros)
032. Gampang Prawoto (Bojonegoro)
033.Ghufron Cholid (Sampang)
034.Hasan Bisri BFC (Bogor)
035. Hidayatul Hasanah (Trenggalek)
036.Imam Eka Puji Al-Ghazali (Batuputih)
037. I Putu Wahya Santosa (Bulelelng)
038.Iska Wolandari (Ogan Komering Ilir)
039.Jack Efendi (Bekasi)
040.Julia Hartini (Bandung)
041.Lucky Purwantini(Bekasi)
042.Lukni Maulana
043.M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala,Kalsel)
044.M. Ardi Kurniawan(Jogyakarta)
045.Malisa Ladini (Semarang)
046.Ma'sum (Sumenep)
047.Muchlis darma Putra (Banyuwangi)
048.Novia Nurhayati (Bogor)
049.Nurul Hidayah (Banjarmasin)
050.Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan (Denpasar)
051.Niam At-Majha (Pati)
052.Novi Ageng Rizqy Amalia (Trenggalek)
053.Nur Lathifah Khoerun Nisa (Cilacap)
054.Nastain Achmad (Tuban)
055.Nila Hapsari (Bekasi)
056.Pradita nurmalia (Surakarta)
057. Roni Nugraha Syafroni (Cimahi)
058. Rachmat Juliaini (Makasar)
059.Rachmad Basuni
060. Refa Kris Dwi Samanta (Purwokerto)
061.Seruni Unie (Solo)
062.Syarif hidayatullah (Banjarmasin)
063. Sofyan RH. Zaid (Bekasi)
064.Sokanindya Pratiwi Wening (Medan)
065.Sugi Hartono (Batanghari)
066.Suyitno Ethex (Mojokerto)
067. Sindi Violinda(Medan)
068. Tuti Anggraeni (Bekasi)
069.Thomas haryanto soekiran (Purworejo)
070.Vera Mutiarasani (Karawang)
071.Wadie Maharief (Jogyakarta)
072.Wayan Jengki Sunarta
073. Wintala Achmad (Cilacap)
074.Wong agung utomo (Bekasi)
075. Wulandari ( Nawang Wulan)
076. Yusti Aprilina (Bengkulu Utara)
077.Zen AR
078.Diana Roosetindaro (Surakarta)
079.Ardi Susanti (Tulungagung)
080. Lailatul Kiptiyah
081. Munadi Oke
Demikian Ralat diperbaiki
Indramayu, 22 Agustus 2014


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II,
01. Gampang Prawoto
Pelabuhan Jiwa
02.Roni Nugraha Syafroni
KEBINGUNGAN
03. En Kurliadi Nf
GUBUK KAMI
: kapung ragang
04. Esti Ismawati.
SELAMAT PAGI KAMPUNGKU
05. Dhito Nur Ahmad
Hari Setelah Gerimis
06.Nurul Hidayah
EPISODE YANG HILANG
07. Syarif hidayatullah
Nun dan Alif kampungku
-di atas pulau terapung
08. Budhi Setyawan
Kodil – Bogowonto
09. Fatmawati Liliasari
Syair Untukmu, hadiah untuk kotaku
10. Ekohm Abiyasa
Pesan Jogja
11. I Putu Wahya Santosa
Akar Kata
12. Sofyan RH. Zaid
KAMPUNG HALAMAN KATA
13. M. Ardi Kurniawan
Purwarupa
14. Anung Ageng Prihantoko.
Setapak yang Bercerita
15. Sokanindya Pratiwi Wening
~kampung halaman ~
16. Ali Syamsudin Arsi
IA LEKAT DI PELUPUK MATA
17. Wadie Maharief
Kenangan tentang Emak
18. Lukni Maulana
Padasan Retak di Kotaku
19. Hasan Bisri BFC
KAMPUNG YANG KUSANJUNG
20. Imam Eka Puji Al- Ghazali
Keterasingan
Indramayu, 21 Agustus 2014
Ketua Tim Penyeleksi,
Wardjito Soeharso, MPd.


20 Puisi Terbaik untuk Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid II
Imam Eka Puji Al-Ghazali

Keterasingan

Kami mulai resah menghitung angka dari jarak kedatangan dan kepulangan. Secepat apa saja yang ada di benak kami itulah yang kami buru dengan gerak dan do’ado’a. Jalan yang mana lagi yang akan kami rangkaki_ mengurai segala asing dan kepenatan. Kami linglung dari mana kami datang, kenapa kami  seperti tak mengenal lagi araharah tanah kelahiran.
Sebab terdesak_sesak, oleh tanya dan huru-hara konsep hidup untuk besok, dan lusa, yang terus  membahana menyelimuti kuping, hidung, mulut, dan  usus.

Kamilah delapan orang pemuda, yang tertatih, _berupaya termuntahkan dari diri gelap dan gempita keterasingan. Bila harus madura lalu apakah kami musti berdiri tegap mengangkat arit. Tapi siapa yang harus mati, Ki Sanak.

Malam telah datang, hanya angin yang dinginnya menulang yang setia  memeluk tubuh; tubuh gerincang_cacingan,  karena terserang wabah sungkan dan lagi-lagi karena keterasingan. Ah, kami terbuang dari tempat asal, menjumpai mahluk semacam kuntil bermulut lima, giginya bertaring bersilap- silang,  yang kapan saja siap jadi pemangsa paling heroik.

Malam kedua ini, kami memilih merapatkan jemari_  menusuk dada langit dengan tembang do’a, kemudian bumi, kami banjirkan dengan air mata tulus pinta agar segalanya berubah jadi asal. Asal mula kita dilecutkan dari rahim tanah ibu yang penuh bunga, yang betapa  sangat  kami rindui.
Romben Guna, 09/06/13; 10:13 Wib

Hasan Bisri BFC
KAMPUNG YANG KUSANJUNG

1/ kota santri
ketika orangorang bertanya dimanakah letak kota santri
dengan bangga kutepuk dada, “itulah kotaku.”
maka tak satu pun ada membantahnya
maka kaulihat, saudagarsaudagar merapat
menunggu waktu shalat
perempuanperempuan berkerudung menjadi penyejuk mata
anakanak bersarung batik dengan peci miring tak ketinggalan juga
tataplah masjidmasjid dan mushala riuh suara akanakkanak membaca Alqur’an
tapi itu dulu,
sebab para saudagar melepas lelah di cafe
perempuanperempuan berkerudung membonceng motor pacarnya
dan anakanak asik di depan layar kaca
maka, kelak anakanak kita akan mengenal kota santri dari kamus bahasa
Indonesia

2/ kota batik
ketika orangorang manca menggores tinta
resmilah kota kami menjadi kota batik adanya
kampungkampung dihias dengan gapura perkasa
pembatikpembatik sumringah
para majikan amat bungah
meski serbuan batik murah tak bisa dicegah lagi
Kota Batik, ah berapa hektare sawah menjadi sesak oleh limbah
para petani menggantung cangkul dan berlumur kecewa
ikanikan tak lagi menjadi sahabat nelayan
kampung yang senantiasa kusanjung kini siap menampung bah airmata
Pekalongan, 31 Juli 2014


Hasan Bisri BFC
KAMPUNG YANG KUSANJUNG

1/ kota santri
ketika orangorang bertanya dimanakah letak kota santri
dengan bangga kutepuk dada, “itulah kotaku.”
maka tak satu pun ada membantahnya
maka kaulihat, saudagarsaudagar merapat
menunggu waktu shalat
perempuanperempuan berkerudung menjadi penyejuk mata
anakanak bersarung batik dengan peci miring tak ketinggalan juga
tataplah masjidmasjid dan mushala riuh suara akanakkanak membaca Alqur’an
tapi itu dulu,
sebab para saudagar melepas lelah di cafe
perempuanperempuan berkerudung membonceng motor pacarnya
dan anakanak asik di depan layar kaca
maka, kelak anakanak kita akan mengenal kota santri dari kamus bahasa
Indonesia

2/ kota batik
ketika orangorang manca menggores tinta
resmilah kota kami menjadi kota batik adanya
kampungkampung dihias dengan gapura perkasa
pembatikpembatik sumringah
para majikan amat bungah
meski serbuan batik murah tak bisa dicegah lagi
Kota Batik, ah berapa hektare sawah menjadi sesak oleh limbah
para petani menggantung cangkul dan berlumur kecewa
ikanikan tak lagi menjadi sahabat nelayan
kampung yang senantiasa kusanjung kini siap menampung bah airmata
Pekalongan, 31 Juli 2014

Lukni Maulana
Padasan Retak di Kotaku
Dimana air sumber ilmu itu
Ku temui ia meluber lalu melukai keindahan
Akan aku cengkram andai tangan ini mampu
Akan kuletakan di kotaku
Menghias wajah suram yang luka
Agar ia bangkit
Terapung diatas sana

Namun sumber ilmu tetap terpasung
Sebab kecoak memberi kabar
Bahwa air padasan telah retak di kotaku
Anak muda penuh panorama desa
Memajang rasa malu ditelinga
Keluar tanpa beban derita

Inilah kebodohan yang belum kusadari
Aku hanya bermimpi atau sekedar harapan palsu
Lalu mati
Aku hanya bertutur kepadanya
sahabat, air hujan memberi keberkahan
tapi hanya sedikit yang kita nikmati
Semarang, 31/07/2014


Operasi Kemewahan
Gedung megah bertingkat menjadikan saudarku begitu mewah
Di pabrik bergelimang buruh outsourcing
Aku ingin jadi karyawan tetap, katanya
dan kemerdekaan ingin ia miliki
akan tetapi kedaulatan tidak juga didapati

lalu untuk apa tanaman berdiri menantang
pohon pisang, kelapa, buah mangga, padi melambai
barangkali supaya gedung pabrik tetap berdiri

begitu elok embun pagi
mentari menyapa
ia tidak ada
masih ada esok hari
Semarang, 31/07/2014

 Wadie Maharief
Kenangan tentang Emak

Perempuan cekatan itu
adalah emakku
Ngurus anak sepuluh hampir tak pernah mengeluh
Serba bisa meski tak pernah sekolah
tapi menjadi guru bagi anak-anaknya
Aku belajar segala dari emak
Mulai menampi beras, menanak dan menjerang air
Bikin gulai dan menyeduh kopi
Emakku perkasa, ratu yang agung
Rumah dan berandanya selalu bersih
Gemulai ia menyapu setiap pagi
Tangannya tak pernah berhenti
Seperti penari yang penuh energi
Aku rindu emak
Yang telah mengajari aku tentang hidup
dan kehidupan ini
Aku mengerti kenapa beras mesti ditampi
Sebelum ditanak, kenapa menyapu
Harus pelan tapi bersih....?
Jangan melakukan kesia-siaan dalam hidupmu, nak….
Begitu pesannya
Yogya, 25 Mei 2014

Ali Syamsudin Arsi

Ia Lekat di Pelupuk Mata

aku pernah kecil dan tak punya daya berlari di antara semak daun embun bahkan ranting duri - ia lekat di pelupuk mata - geriap sungai kecil aku pernah berenang bahkan hampir tenggelam pada pasir di dasarnya - ia lekat di pelupuk mata - suara-suara yang dahulu aku ingat semakin berloncatan di dahan-dahan pohon enau pohon buah karet dan daun-daun pisang sebagai kenangan – terasa sangat purba -
sebatas apa bila rinduku pada rimbun kembali melambai agar pulangku adalah bagian dari kerinduan langka nun jauh sudah jejak kaki berjarak nian dari detak akar-akar padi

ia lekat di pelupuk mata

ibuku menyatukan daun-daun pisang lantas dibawa ke tengah pasar untuk ditawarkan aku ikut di sampingnya dengan langkah kecil tatapan mata kecil dan harapan-harapan kecil – aku pernah kecil dan tak punya daya ketika berlari di jalan setapak yang berkelok-kelok menuju arus sungai berpasir dengan jamban-jamban pemandian – kecipaknya aku sangat merindukan

ia lekat di pelupuk mata

akar-akar padi dalam lumpur mengisyaratkan agar aku lekas-lekas kembali
/asa, banjarbaru, juli 2014
Sokanindya Pratiwi Wening
~kampung halaman ~
kampung halamanku, katamu
dimana? kalau nyatanya aku lahir dan besar di
penjara

hijau hijau itu bukan dedaunan
tapi muka-muka masam bermata dalam
dentum-dentum itu bukan mercon perayaan
namun amuk senjata penuh kemarahan

bukan matahari sebagai teman
diam dan ancaman serupa menu makanan
terhidang kapan saja penguasa doyan

tuhan seperti tidur; aku ngelindur
bicara kampung halaman yang subur makmur
rakyatnya ramah tak doyan tawur
panen kapan saja tanpa nandur;
nyatanya, ayahku mati tanpa kubur

indonesia terbakar tanpa api...!
Krueng Geukueh, 09/06/2014

Anung Ageng Prihantoko

Setapak yang Bercerita

Setapak yang bercerita
Tentang pematangmu yang terlentang
Hilang dihisapi mimpi masa depan
Dadamu yang gembur meriap pucuk-pucuk padi
punah terpendam pertempuran ekskavator dengan
Danyang-danyang yang bimbang
Akar-akar tunggang besi tulangan menerobos bumi menembus perut cacing-cacing tanah
Beton dan batu bata yang tumbuh subur menjalar meraih
Gumpalan awan-awan perawan di langit
Dan rumah-rumah kotak kubus itu telah mengubur tanah rumputan
Anak-anak kami gelisah mencari tempat bermain bola dan mengejar layang-layang
Akhirnya mereka tersesat di rental play station dan sebagian ditelan televisi
Alangkah kenangan kami lindap bersama detik-detik yang ranggas
Pada jam tua yang merangkak di desing angin malam yang asing
Belasan tahun lalu sungai adalah surga tempat kami mencari ikan dan thoe
Dan kemarin sungai itu meratap mengerang
Kesepian dan hampir mayat karena terlupa
Belasan tahun lalu kami asik bergetek di telar mencari biji bunga teratai
Yang di ujung lidah terasa begitu manis dan lezat
Tapi sekarang bunga-bunga itu telah entah
Bulan merah telah rapuh
Tubuhnya mengapur penuh abu
Dulu dia teman kami
Menerangi kami berlari menyusuri ladang-ladang tempat sembunyi
Bermain jonjang umpet selepas isya bersama tawa
Berhari-hari aku mencari
Sekotak permainan masa kecil
: gundu, thihtik benthik, dos-dosan, gobag sodor, jonjang umpet dan permainan lainnya
Akan kuajarkan pada anak-anakku
Tapi tersesat dimana mereka
Aku lupa di ruang otak sebelah mana aku menyimpannya.
Cilacap, 8 Juli 2014

M. Ardi Kurniawan

Purwarupa

Yogyakarta beralih rupa
Menjadi purwarupa ibukota
Jalanan menjadi sesak
Setiap menjelang senja

Setiap vakansi tiba
Orang kota ramai-ramai bergembira
Sementara orang asli Yogya
Terus bekerja dan bekerja

Deru mesin ibukota makin terasa di Yogyakarta
Mendesak-desakkan suaranya
Menggantikan jarak dan jeda
Di antara ruang-ruang kota
[Yogyakarta, 2014]

Sofyan RH. Zaid

KAMPUNG HALAMAN KATA

kami duduk-duduk sepi # di beranda suatu pagi
cangkir kopi # beraroma hari
hari kamis # selepas gerimis
sisa air menetes dari daun # gending musim mengalun

kami berbincang perihal kabar # sebuah negeri yang terbakar
asap seketika menyebar # dada kami berdebar-getar
kami terbangkan doa # langit merah saga
air mata perlahan batu # mulut kami jadi bisu
kami duduk-duduk sepi # kemudian pergi menunda mati
2014


I Putu Wahya Santosa

Akar Kata
Dengan apa  pohon gejolak pikiran
Berkembang biak
Selain dengan cinta akar kata
Yang merentangkan setiap batang gelisahnya

Dengan apa pohon cuaca yang gamang di katakan
Dapat dicerahkan
Selain dengan kebijaksanaan akar kata
Yang selalu memberi kesadaran
bagi jiwa yang ingin bertumbuh
Menjadi dewasa di setiap musim

Dengan apa teka teki akal
Dapat diburu kekal
Selain dengan mempelajari pertumbuhan akar kata
Yang selalu menyerap mata air kedalam nuraninya


Ekohm Abiyasa

Pesan Jogja

lengang malam senin
tulang-tulang dingin
sesekali asap motor melesap
orang-orang di angkringan bertukar cakap

ini sebuah kota yang dingin
jejak-jejak dan memori selalu mengerling

singgahlah ke gubug lama
tempat di mana kata-kata lahir
tempat di mana rindu-rindu mengalir

Jogja selalu berwarna
sudut-sudut kota
matahari pembatas
halaman yang terlepas

Jogja selalu setia
menanam damai
pada pengembaraan yang kian trengginas
Surakarta, Mei 2014

Fatmawati Liliasari

Syair Untukmu, hadiah untuk kotaku

Suatu saat orang-orang akan tahu
Tentang ceritaku, cerita kita
Meskipun aku ragu kau bisa mengenalinya
Wanita penyendiri itu telah melihatmu
Dia mencarimu, menyusuri jalan-jalan
 hitam, sawah bertingkat sembari sesekali bercermin
 pada dinding kaca berdebu
melihat bayangan raksasa di sebelah sana yang dengan angkuh
 hendak mencakar langit.

Dia menemukanmu di sebuah gedung impian
Hamparannya luas, kata orang gedung itu
 Adalah rumah para intelektual
Tetapi akhirnya aku hanya merasa gedung ini tak punya nyawa
Ia hanyalah rumah bagi dua tetangga yang selalu bersilang pendapat
 Ataukah salah satu dari mereka ketakutan ?
Akhirnya ; kehadiranku di sini dilupakan
Aku berjalan di sampingmu tapi kau tak melihatku
Aku tersenyum ramah tapi engkau bermuka masam

Oh.. betapa kasihan, wangi gadis desa tersapu kelabu
Semburat jingga senyumnya di tampik dingin embun.
        Bontorea, 25-27 Juni 2013

Budhi Setyawan

Kodil – Bogowonto
1/
yang memancar kecil
seperti kerlip rindu di kaki Menoreh
lalu mengumpul menyatu
tetes menjelma alir doa dan mantra
lewati rumput dan perdu duri
melalui batu batu sepi
terus melangkah-menari
matamu acap mengerdip pada iklim
susuri liku ranah berpilin
keteguhan pada cita bermukim

dan orang orang mencuci angan
dengan sari kesederhanaan dari curahmu
dan lubuk lubuk nampak berdiam
seperti pertapaan matahari
dalam kegaiban sunyi

2/
dari pinggang Sumbing, muasal lahirmu
lalu memanjang syair dan zikirmu
dengan jeram jeram yang dingin
dan kecipak derai di gulir musim
pandangmu jauh pada kampung dan sawah
dan jemarimu yang asih, menjamah
dahaga yang retakkan iman
hingga batang-batang padi berbinar segar
pepohonan pun turut senandungkan riang
tempat hinggap burung burung
yang betah merawat sarang
dan mereka yang mencari ikan
berkali menebarkan jalanya
mengembangkan harapan
sampai ke langit jernih
tempat bulan bermain
dengan tembang dolanan yang kian lirih

3/
di Tempuran, pertemuan penuh haru
berabad abad dipisah jarak
tanpa kabar dan percakapan, namun
anak dan ibu yang selalu menjaga ingatan
di tebing tebing perasaan
yang kokoh dalam gempuran cuaca
dan tafsir tafsir zaman yang menggema

di antara derap-kerjap pancaroba
tetaplah rekah bunga
tergambar deras arusmu
tekun merawat kesabaran dusun dusun
dan ketabahan penempuhan usia
yang terus mendegup hingga ke muara selatan
membawa asin kenangan ke tanjung perantauan
 2014

Syarif hidayatullah
Nun dan Alif kampungku
-di atas pulau terapung
Nun yang bercerita tentang mimpi di kaki bukit
Yang berenang bersama jentik-jentik nyamuk
Sedang katak hanya mampu berceloteh kosong
Dengan keangkuhan yang menggelikan

Nun yang bercerita tentang hujan di sela tawa dan senyuman
Sedang kerenyahan matahari di tertawakan oleh lumut yang menghijau
Karatan-karatan tanah yang menguning dengan bangkai-bangkai perusak bumi
Pohon tak lagi tumbuh
Ia melapuk dalam kebiadaban
Alif yang tegak menjulang di dasar nun yang bergenang kubangan
Pulau-pulau semakin dekat dengan nun
Sedang alif semakin sering dirobohkan
Terkoyak kenistaan

Alif yang tersenyum getir dengan nun
Menangis iba bersama hentakan kaki
Langit penghibur lara
Sedang mesin terus meneriakkan keangkuhannya
Ku punya mimpi
Alif yang tumbuh di atas nun
Hingga bersemayam hutan, kampungku
Besok aku ingin mereka bersatu di atas pulau ini
Banjarmasin, 16 desember 2013

Nurul Hidayah

EPISODE YANG HILANG

Bundaku mengibarkan selendangnya
Membawaku ke masa di mana aku menjalani masa kecilku
Di bawah pohon kelapa yang melengkung indah
Ditambah pasir putih yang bersahabat dengan gelombang di tepi pantai
Aku bermain dengan deretan semut dan beberapa siput
Lalu aku dipindahkan ke hamparan emas
Aku bernyanyi dengan burung-burung pipit yang mulai menyentuh emas kekuningan berisi
Seketika lagi aku berada dalam gemericik air di bawah dedaunan
Berlari memercikkan air ke sana kemari ditemani terik mentari pagi
Lalu menyapa matahari yang mau kembali ke peraduan
Bundaku berbisik ,”dia mau tidur, sayang”.

Kemudian bundaku kembali membalikkan selendangnya
Kini aku berada di antara bangunan-bangunan yang menjulang tinggi
Mencium bau selokan yang padat dengan sampah
Aliran air kotor mewarnai kehidupan
Ditambah dengan lagu-lagu pertiwi yang berganti isi dan makna
Di mana aku sekarang berada?
Yang kuharapkan hanya satu,”Bunda, bisikkan kembali di telingaku bahwa ini hanya mimpi belaka!”
“Bunda kembali balikkan selendangmu dan kembalikan suasana yang dulu untukku!” rintihku.
Dengan tersenyum lembut ia berkata,” Inilah tempatmu wahai anakku. Lihatlah gedung di sampingmu, sampah di selokan yang sekarang tepat di belakangmu, kebisingan oleh motor di sekitarmu, dan berbagai penyakit yang menghadang jiwa-jiwa yang lengah.”
Kini aku sadar bahwa tanahku telah berubah
Zaman telah berganti dan roda kehidupan terus berputar
Tapi kutekadkan niat dalam hati
Ini adalah tanahku, maka kutakkan tinggalkanmu
Namun, akan kutaklukkan perubahanmu
Bukan waktu yang menguasaimu tetapi aku yang akan mengendalikanmu
Aku mencintaimu wahai tempat hidupku, halaman terindah dalam jilid peristiwa jiwa
Aku rindu dikau yang dulu


Dhito Nur Ahmad

Hari Setelah Gerimis

Kenangan-kenangan, kehilangan-kehilangan, dan kesakitan-kesakitan
Adalah dingin semilir angin setelah gerimis
Pertemuan-pertemuan, janji-janji kebersamaan, dan perpisahan-perpisahan
Adalah langitnya yang berganti lembayung
Selalu ada rinai setelah gerimis
Ingatan tentang bunga kenanga yang berguguran di halaman
Rumah kampung halaman
Mengalirkan air di hadapan wajah
Dingin, dingin tak biasa
Setelah gerimis
Hari mendinginkan tulang
Kenangan menjadi hangat
tentang pohon dan rumput yang berdiam pilu
Menjalarkan kesunyian dan kenangan
Setelah gerimis
Selalu ada sisa rintikan kenangan yang berlalu di balik jendela
Kampung halaman bercerita
Tentang kerinduan dan kekalahan
Bahwa zaman telah merampok semuanya
Setelah gerimis
Langit berwarna lembayung
Lantas sepi pun menari di tepi hari
Makassar, 2014

Esti Ismawati

Selamat Pagi kampungku

semesta begitu hening
embun tersenyum menyambut terang
kelelawar tertidur dan burung sikatan beterbangan
hanyut dalam merdu keroncong Tanah Airku

seekor manyar jantan terlihat sibuk
memungut rumput helai demi helai
dirangkainya  megah istana
ia pun siap berumah tangga

seekor manyar betina memandang malu-malu
tersenyum bangga
mengangguk mesra
rumah sempurna bagi anak mereka

selamat pagi kampungku
negeri sepanjang musim
beribu pulau jalin-menjalin
menyatu dalam perahu kedamaian
menyibak riak kehidupan
mendayung beribu ombak perjuangan
melintas samudera asa, menghamba jiwa katulistiwa
menggapai hari-hari penuh mimpi, luas ladang terbentang
satu-satu tergapai menang.
Klaten, 20 Mei 2014.

En Kurliadi Nf
Gubuk Kami
: kapung ragang

di sini, gubuk kami berdiri dan kami bangun
dengan ladang dan kicau burung terbang
bilik pintu dari bambu kuning
jendela tanpa kaca juga
atap dari rumbia kuning campuran kolare
yang di senjai kekeringan

gubuk ini kami bangun dengan keringat kuning
pagi yang merapat pada senja
ternak yang dilepas ke ladang
sedangkan bila terbangun dari tidur
sungai mengirim kecipak airnya kehilir
ke tanah seberang, tempat jagung dan padi tumbuh juga
batu yang kanvas diantara hutan belukar

bila malam larut dan beranjak :bulan mengapung
ke halaman, membuka celana
mematangkan rindu yang diperam bulan

perempuan-perempuan yang dipanggil ibu
oleh anak-anaknya, membuka rahim surganya
sejak kabar magrib membakar sepi
di lenca' kaju ia telah menggantung nasib
yang berputar merapal hidup
berpendar meruangi segala risalah waktu
yang tinggal ampas pada tubuhnya

gubuk ini kami bangun dengan kasih sayang
jauh dari kota-kota yang telanjang
udaranya yang mengapung diantara deru dedaun
musim menyusui aksara hujan
membuat cinta, menyisakan doa
yang halimun : tak pernah sirna
kami ucapkan di beranda sajadah

di sini, gubuk kami berdiri
dengan seribu doa dan cahaya
yang tak akan pernah mati
sampai kami tandas usia
gili-genting, 2013

Roni Nugraha Syafroni
KEBINGUNGAN
Liuk lengkung pemandangan hijau permadani,
membuat mata sesiapapun jua tak akan lekang.
Bening air mengalir dari sudut gunung di sisi,
melepas dahaga hati sekecil kapas teruntuk siang.
Hari-hari jemu bagai pindah ke dalam batu hitam sungai,
kokoh menunggu aliran dari hulu hingga hilir.
Pagi yang sendu tak lagi sedang merindu tampak melambai,
mendatangi diri secepat kilat dibantu angin semilir.
Tataplah mata cinta tanpa berkedip,
yakin akan tiada ‘kan berpaling.
Meski hanya sekejap kerlip,
selalu bersama nyanyian seruling.
Terkadang tetesan penyesalan merasuk,
melihat berjuta para perusak berdatangan.
Merayu pohon-pohon hutan dengan buruk,
ceria senyum mistis berubah kritis bersalaman.
Sawah mulailah berubah gelisah,
tampak menunggu untuk dikeringkan.
Canda petani-kerbau sudahlah punah,
buat perasaan padi tak akan dimakan.
Satu niscaya walau begitu,
tetap rakyat akan bangga.
Kepada sang waktu,
selamanya membela.
-Itulah kebingungan untuk kampung halaman yang rata oleh pusat perbelanjaan-
Cijerah-Cikijing, April 2014

 Gampang Prawoto

Pelabuhan  Jiwa
tengah malam
wajah  rembulan  tak  lagi  melukis
ibu  menisik  selendang

pigura  pigura  menapak  selaksa
gerak  nadi  hati  menghias  raut
terusik  pada  tilas  langkah
kaku kaki  lalu
imigrasi  dari  hari  kehari
mungkin   detik  dan  menit
kehendak  tak  ditimpa  kisaran  waktu
karena  jam  hanya   sebuah  rotasi

kalender   lusuh  kuning  kecoklatan
melipat  bulan  menumpuk  tahun
setia  pada  dinding
dinding  penanggalan  buram
pendar  tanpa   merah, hitam  atau  hijau
rerimbun  luput
kelam  dipematang  hati  tanpa  hari

imigran - imigran  hari
berlayar  pada pusaran ombak
hingar   terompet, petas  kembang  api
menutup   nanar  candikala
ketika  hati  tertusuk  kata
rasa  tertikam  oleh  waktu
hanya  tersisa  ini  hari
hari  tanpa  hati.

menepi  pada  arah  menara
menara  rasa  pelabuhan  jiwa

Bojonegoro, 27122013



Pengirim LUMBUNG PUISI SASTRAWAN INDONESIA jilid II Sampai 5 Juli 2014 Yang merasa kirim namun tidak ada dalam daftar kirimkan ulang: (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)

Pengirim LUMBUNG PUISI SASTRAWAN INDONESIA jilid II
Sampai 5 Juli 2014
Yang merasa kirim namun tidak ada dalam daftar kirimkan ulang: (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)
Pengirim LUMBUNG PUISI SASTRAWAN INDONESIA jilid II
Sampai 5 Juli 2014
Yang merasa kirim namun tidak ada dalam daftar kirimkan ulang: (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)


001 . Bambang Widiatmoko
002. Gampang Prawoto
003. Roni Nugraha Syafroni
004. En Kurliadi Nf
005.  Wintala Achmad 
006. Refa Kris Dwi Samanta
007. Abdul Wahid
008. Aulia Nur Inayah
009. Esti Ismawati.
010. Hidayatul Hasanah
011. Rachmat Juliaini 
012. Refa Kris Dwi Samanta
013. Dhito Nur Ahmad
014.Julia Hartini 
015.Novi Ageng Rizqy Amalia
016.Ghufron Cholid
017.Nur Lathifah Khoerun Nisa
018.Thomas haryanto soekiran
019.Novia Nurhayati
020.Nurul Hidayah
021.Wong agung utomo
022.Alra Ramadhan
023.Budhi Setyawan
024.Dewa Putu Sahadewa
025.Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan
026.Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan
027.Fatmawati Liliasari
028. Ekohm Abiyasa 
029.MUCHLIS DARMA PUTRA
030.Ridwan Ch. Madris
31. I Putu Wahya Santosa 
32.Pradita nurmalia
033.: Iska Wolandari Puisi 1
034.Iska Wolandari
035.Niam At-Majha
036Badruz Zaman
037Fitrah Rahim.
38.Syarif hidayatullah
039.Diah Budiana
040Fasha Imani Febriyanti
041 Sofyan RH. Zaid
O42.devi yulianti wafiah
043.M. Ardi Kurniawan
044.Jack Efendi




Ketentuan :
LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II
IKUTILAH !!!
PEMBUATAN ATOLOGI BERSAMA LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)

Tema : Kampung halamanku 
1. Terbuka bagi siapa saja yang mengaku penyair/sastrawan Indonesia 
2. Kirimkan 2 buah puisi terbaik Anda bertema tersebut di atas. 
3. Cantumkan biodata singkat
4. Cantumkan alamat rumah Anda
5. Gratis tanpa biaya pendaftaran
6. Kirim puisi ke  gus.warsono@gmail.com
7. Pengiriman puisi dimulai dari sekarang dan ditutup pada 31 Juli 2014

Team seleksi/Juri : 
1. Nurochman Soedibyo, YS (Budayawan/wartawan www.teropong.com )
2. Wardjito Soeharso (widyasswara / budayawan Semarang)
3. ……(menunggu persetujuan)
4……. (menunggu persetujuan)
Pengumuman : 
Puisi yang masuk dala antologi Lumbung Puisi Sastrawan 2014 diumumkan pada 17 Agustus 2014 
1. Peserta dengan puisi masuk dalam antologi mendapat 1 buah buku antologi
     Lumbung Puisi 2014 Jilid II
2.  Sepuluh peserta terbaik mendapat kaos cindera mata Lumbung Puisi 2014
     Jilid II
3. Peserta masuk dalam antologi dipromosikan baik puisi maupun penyairnya
     di www.ayokesekolah.com ,
         majalahsuluh.blogspot.com,  dan 
      lumbungpuisi 2014.blogspot.com
4.  Puisi dan penyair masuk dalam antologi didokumentasikan di 
     Perpustakaan Sastra Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM)
 5. Peluncuran buku akan dilaksanakan serentak dari beberapa antologi kegiatan HMGM
      maupun antologi  beberapa penyair agar meriah yang waktunya akan diumukan
      kemudian.
Keterangan: 
Kegiatan ini bersifat sosial dan diselenggrakan bersama komunitas sastrawan yang turut peduli terhadap perkembangan sastra.
Panitia menerima sumbangan partisipasi kegiatan asalakan tidak mengikat.
                                                                                                      Indramayu, 18 April 2014
                                                                                                                           Panitia.
                                                                                                                     RgBagus Warsono.


LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II IKUTILAH !!! PEMBUATAN ATOLOGI BERSAMA LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)

Pengirim LUMBUNG PUISI SASTRAWAN INDONESIA jilid II
Sampai 10 Juni 2014
Yang merasa kirim namun tidak ada dalam daftar kirimkan ulang: (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)

001 . Bambang Widiatmoko
002. Gampang Prawoto
003. Roni Nugraha Syafroni
004. En Kurliadi Nf
005. Wintala Achmad
006. Refa Kris Dwi Samanta
007. Abdul Wahid
008. Aulia Nur Inayah
009. Esti Ismawati.
010. Hidayatul Hasanah
011. Rachmat Juliaini
012. Refa Kris Dwi Samanta
013. Dhito Nur Ahmad
014.Julia Hartini
015.Novi Ageng Rizqy Amalia
016.Ghufron Cholid
017.Nur Lathifah Khoerun Nisa
018.Thomas haryanto soekiran
019.Novia Nurhayati
020.Nurul Hidayah
021.Wong agung utomo
022.Alra Ramadhan
023.Budhi Setyawan
024.Dewa Putu Sahadewa
025.Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan
026.Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan
027.Fatmawati Liliasari
028. Ekohm Abiyasa
029.MUCHLIS DARMA PUTRA
030.Ridwan Ch. Madris

Ketentuan :
LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II
IKUTILAH !!!
PEMBUATAN ATOLOGI BERSAMA LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II (DEADLINE 17 AGUSTUS 2014)

Tema : Kampung halamanku
1. Terbuka bagi siapa saja yang mengaku penyair/sastrawan Indonesia
2. Kirimkan 2 buah puisi terbaik Anda bertema tersebut di atas.
3. Cantumkan biodata singkat
4. Cantumkan alamat rumah Anda
5. Gratis tanpa biaya pendaftaran
6. Kirim puisi ke gus.warsono@gmail.com
7. Pengiriman puisi dimulai dari sekarang dan ditutup pada 31 Juli 2014

Team seleksi/Juri :
1. Nurochman Soedibyo, YS (Budayawan/wartawan www.teropong.com )
2. Wardjito Soeharso (widyasswara / budayawan Semarang)
3. ……(menunggu persetujuan)
4……. (menunggu persetujuan)
Pengumuman :
Puisi yang masuk dala antologi Lumbung Puisi Sastrawan 2014 diumumkan pada 17 Agustus 2014
1. Peserta dengan puisi masuk dalam antologi mendapat 1 buah buku antologi
Lumbung Puisi 2014 Jilid II
2. Sepuluh peserta terbaik mendapat kaos cindera mata Lumbung Puisi 2014
Jilid II
3. Peserta masuk dalam antologi dipromosikan baik puisi maupun penyairnya
di www.ayokesekolah.com ,
majalahsuluh.blogspot.com, dan
lumbungpuisi 2014.blogspot.com
4. Puisi dan penyair masuk dalam antologi didokumentasikan di
Perpustakaan Sastra Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM)
5. Peluncuran buku akan dilaksanakan serentak dari beberapa antologi kegiatan HMGM
maupun antologi beberapa penyair agar meriah yang waktunya akan diumukan
kemudian.
Keterangan:
Kegiatan ini bersifat sosial dan diselenggrakan bersama komunitas sastrawan yang turut peduli terhadap perkembangan sastra.
Panitia menerima sumbangan partisipasi kegiatan asalakan tidak mengikat.
Indramayu, 18 April 2014
Panitia.

LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II

LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II
IKUTILAH !!!
PEMBUATAN ATOLOGI BERSAMA LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II

Tema : Kampung halamanku

Ketentuan  :
1. Terbuka bagi siapa saja yang mengaku penyair/sastrawan Indonesia
2. Kirimkan 2 buah puisi terbaik Anda bertema tersebut di atas.
3. Cantumkan biodata singkat
4. Cantumkan alamat rumah Anda
5. Gratis tanpa biaya pendaftaran
6. Kirim puisi ke  gus.warsono@gmail.com
7. Pengiriman puisi dimulai dari sekarang dan ditutup pada 31 Juli 2014

Team seleksi/Juri :
1. Nurochman Soedibyo, YS (Budayawan/wartawan www.teropong.com )
2. Wardjito Soeharso (Widyaswara/Budayawan Semarang)
3. ……(menunggu persetujuan)
4……. (menunggu persetujuan)
Pengumuman :
Puisi yang masuk dala antologi Lumbung Puisi Sastrawan 2014 diumumkan pada 17 Agustus  2014

Fasilitas :
1. Peserta dengan puisi masuk dalam antologi mendapat 1 buah buku antologi
     Lumbung Puisi 2014 Jilid II
2.  Sepuluh peserta terbaik mendapat kaos cindera mata Lumbung Puisi 2014
     Jilid II
3. Peserta masuk dalam antologi dipromosikan baik puisi maupun penyairnya
     di www.ayokesekolah.com ,
         majalahsuluh.blogspot.com,  dan
      lumbungpuisi 2014.blogspot.com
4.  Puisi dan penyair masuk dalam antologi didokumentasikan di
     Perpustakaan Sastra Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM)
 5. Peluncuran buku akan dilaksanakan serentak dari beberapa antologi kegiatan HMGM
      maupun antologi  beberapa penyair agar meriah yang waktunya akan diumukan
      kemudian.
Keterangan:
Kegiatan ini bersifat sosial dan diselenggrakan bersama komunitas sastrawan yang turut peduli terhadap perkembangan sastra.
Panitia menerima sumbangan partisipasi kegiatan asalakan tidak mengikat.
                                                                                                      Indramayu, 18 April 2014
                                                                                                                           Panitia.
                                                                                                                     RgBagus Warsono

PANGGUNG HIBURAN



Hiburan rakyat
Melihat pelawak
Bergaya koplak
Lupa sesaat
Beban berat
Dipikul pundak
Hiburan pejabat
Melihat uang
Dibawa rekanan
Pengganti tandatangan
Lupa sesaat
Jaga martabat
Menjelma bangsat
Ooo….
Rakyat koplak
Pejabat bangsat

                                                       Wardjito Soeharso
2013



NGUDARASA

Sadalan dalan
Anane mung gronjalan
Mergo akeh kedokan
Salurung lurung
Anane mung bingung
Mergo adoh gurung
Yen dalan wis kebak kedokan
Lurung wis akeh sing suwung
Gurung wis pedot sakdurunge diulur
Wisma tanpa tata
Desa tanpa cara
Para pamong ilang subasita
Iki pertanda dudu sanepa
Yen jalma wis pada kelangan adat
Adoh saka urip anteng
Dinadina isine genduyakan
Kaya geger sing ngoyak macan
Tan ana asile kang mapan
Mula ta tansah elinga
Bebrayan iku tansah sangga sinangga
Abot enteng nora rinasa
Arepa awan panase sumelet
Bengine peteng ndedet lelimengan
Kabeh lumaku kanti rahayu.

                                                       Wardjito Soeharso
2013


Mengapa Kamu Mencintai

+ Mengapa kamu mencintai ibumu?
- Karena aku mengawali hidup dengan minum air susu ibuku.
+ Mengapa kamu mencintai gurumu?
- Karena aku mencecap dan memahami ilmu dengan belajar dari guruku.
+ Mengapa kamu mencintai negaramu?
- Karena aku makan dan minum untuk tumbuh dari bumi negaraku.
+ Mengapa kamu mencintai bangsamu?
- Karena aku membangun kebanggaan dengan jatidiri bangsaku.
+ Mengapa kamu mencintai agamamu?
- Karena aku ingin mati dalam naungan agamaku.

                                                       Wardjito Soeharso
2013













Di Bawah Bendera Merah Putih

Dengan upacara hidmat
Kau dikibarkan ke angkasa
Pagi cerah, mentari sumringah
Wajah-wajah abdi negeri
Dingin tanpa ekspresi
Tangan sikap hormat di samping kening
Adakah itu penghormatan atas nama jiwa merah saga?
Dibelai angin pagi
Merah putih berkibar megah.
Tapi dengarlah:
Dia merintih sedih!
“merahku tak lagi merah, putihku tak lagi putih”.
Siapa mesti peduli?
Srondol, 12 Agustus 2013
                                                       Wardjito Soeharso


***