Hadir dalam kelesuan cipta di tahun 2014. Mewarnai blantika sastra Indonesia seiring dengan caruk-marutnya dunia sastra. Mungkin salah satu diantara kumpulan puisi bersama bertaraf nasional. Sebuah antologi bertemakan kebhinnekaan negeri kita. Penyairnya pun datang dari penjuru Tanah Air.
mengucapkan
Bhinneka Tunggal Ika adalah Aku
di belahan jazirah negeri
berslogan “serpihan surga” inilah
semasa kearifan dan peradaban saling mengisi tulus
saat semangat seiya, sekata, dan sejalan
terjalin erat di pedalaman sanubari
kami singsing lengan baju bersama
menyemai bibit gotongroyong
membangun pilar-pilar kehidupan
bertahan di sesak nafas adat purba terakhir
di belahan hamparan subur negeri inilah
garuda kehilangan pekik perjuangan
direbut teriakan mesin kerakusan
belukar rawa ladang huma
dulunya lapang terbuka
wadah bermain anak-cucu
kini sesak terhimpit
sampai jejak tak punya ranah pijak
di mana lagi kami tanam bulir harapan
bila seluruh kehijauan hutan bunda
telah habis digeser bangunan-bangunan
berbaju kawat, baja, semen dan beton
ke mana jua kami layarkan perahu kebersamaan
sebab semua kolam susu pertiwi
keruh sampah payau berbisa
bagaimana kami menegakkan tugu pertahanan
karena kini tiap jengkal tanah terbongkar
di keteragisan reruntuhan negeri inilah
mari, kita bergenggam dan saling gandeng bersama
mempertahankan hakikat dan keutuhan bangsa
“mengajak kembali memutar mundur ke genderang waktu silam, sekadar mengingat untuk menyulut bara api semangat kita yang pernah menang menegakkan bendera darah-suci perlawanan dengan bambu runcing di medan juang, dan yang berbeda-beda itu adalah Aku: Indonesia”
Banjarmasin, 2014
Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara