mengucapkan

mengucapkan

~ jejamang duri ~

melindap mengendap-ngendap senyap
menjadi pencuri di jejak langkahmu
atau sekedar menjadi ikan sapu-sapu
membersihkan remah-remah dukamu
seperti kupercaya sebuah janji
esok,
jemarimu yang gemetar
memasangkan jejamang di kepalaku
meminang,
untuk 'ku jadi bidadarimu...?!
namun malam,
makin senyap makin pengap
lidah api membuas
menjilati ranjang perawan di kamarku nan remaja
melukis riwayat
pencuri tak akan jadi bidadari
dan ikan sapu-sapu
tetap jadi pemamah remah
yang mesti setia pada takdirnya...!
Krueng Geukueh, 29/09/2013


~ mahagita ~
sekali waktu di ujung senja....
engkau semat roncean sedap malam bermahkota
melati pada rambutku
dan ribuan kuntumnya engkau tabur di ranjang
batu
saat malam luruh dalam pangkuan
satu satu detiknya gugur, patuh....
aku tak mendengar apalagi hirau pada detaknya
lena, diasyikmasyukkan kidungmu nan puitis
meski aku bukan mutiaramu yang hilang
namun berapa lama waktu memisahkan kita
seabad pun kurang
berapa jauh jarak membentang
tentu bukan sedepa
sampai sekali senja berhak untuk berpihak padaku
padamu yang bukan kembara...!
oh, duhai, wahai penyair....
di ranjang batu yang tak lagi beku,
aksaraku berlagu, karenamu
menimpali kekosongan notasimu
yang bukan hanya c, d, g
menjelma nyanyian jiwa
padu memesra
hingga embun pertama jatuh
telah kau titipkan benih pada rahim kalbuku
dan jika sebentar lagi fajar menyapa
bayu akan berkabar, ''sudah lahir kidung
sempurna
dialah Mahagita...!'
Lhokseumawe/ 21 September 2012
Sokanindya Pratiwi Wening